Kamis, 11 Desember 2014

KIAT PINTAR MENJAGA PERASAAN PASANGAN



Sungguh indah Allah menggambarkan relasi hubungan pasutri dalam Alquran. “Pergaulilah mereka secara ma’ruf” (An Nisa’ :19)

Bergaul secara ma’ruf bukan sekedar bermakna baik secara syariat. Ma’ruf juga berakar kata yang sama dengan urf yakni budaya atau etika, itu lah kenapa dalam menjalin hubungan dengan pasangan perlu perhatikan konteks budaya, etika serta perasaannya.

Tentu yang tidak bertentangan dengan syariat.

Sejatinya, dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia, khususnya pasangan, mirip dengan aturan bagaimana kita makan.

Allah memerintahkan kita untuk makan yang tidak sekedar HALAL tapi juga THOYYIB (QS. 2:168)

Halal terkait dengan aspek terpenuhinya syariat. Sementara Thoyyib terkait dengan terpenuhinya aspek kemanfaatan bagi tubuh agar sehat. Tak mengundang penyakit, jika sekedar halal tapi tidak thoyyib, memang tak berdosa. Namun lama-lama bisa jadi penyakit.


Mie instant contohnya. InsyaAllah halal untuk dimakan. Namun jika terlalu sering, akan membahayakan kesehatan tubuh dan akhirnya jadi penyakit akut, begitulah sejatinya hubungan dengan pasangan. Maka bergaul secara ma’ruf kita maknai dengan membangun hubungan yang halal dan thoyyib.

Halal berarti tak keluar dari hukum agama dan thoyyib sesuai dengan etika budaya dan perasaan pasangan, tujuannya sama dengan makan, yakni mencegah munculnya ‘penyakit’ dalam rumah tangga.

Memaksa berhubungan intim dengan istri yang sedang sakit tentu halal. Tapi tidak thoyyib. Istri merasa suami egois, istri belanjakan uang pribadinya secara berlebihan insyaAllah halal. Tapi tidak thoyyib terutama di saat suami justru lagi krisis keuangan.

Atau bicara dan sms an dengan lawan jenis selain pasangan hingga berjam-jam, Ini halal. Selama yang dibicarakan masih baik. Tapi tidak thoyyib. Betapa banyak istri yang mengeluhkan suaminya sms-an atau chatting dengan wanita lain berlama-lama. Istri merasa diabaikan, suami merasa itu sah-sah aja. Halal, sebab isi pembicaraannya pun tidak vulgar.

Itu benar.

Tapi tetap tidak thoyyib.

Rasa cemburu pasangan menjadi salah satu alasan kenapa kita tak sembarang bergaul dengan lawan jenis, bukan karena jadi anti sosial, tapi karena ingin menjaga perasaan pasangan. Agar tak mengundang ‘penyakit’ di masa yang akan datang.

Karena itu, pahamilah kesukaan dan ketidaksukaan dari pasangan. Pergaulilah menurut kesukaannya selama tak bertentangan dengan agama.

Jangan lakukan hal-hal yang tidak disukai pasangan. Ini semata-mata untuk jaga etika serta perasaannya. Niscaya cinta pun tumbuh dan bertambah.

Semoga kita mampu menjaga kesehatan rumah tangga kita melalui perilaku yang tidak sekedar halal tapi juga thoyyib meski bang thoyyib gak pulang-pulang.


Best regards
masbayu imzers

0 komentar:

Posting Komentar